Setiap orang tua anjing tahu perasaan berjalan melewati pintu dan disambut oleh teman yang bersemangat dan mengibas-ngibaskan ekornya. Tapi apa yang menyebabkan anjing bereaksi seperti ini? Ilmu pengetahuan mengungkapkan bahwa bukan hanya kasih sayang yang mendorong perilaku mereka; hubungan biologis dan emosional yang lebih dalam sedang berperan. Saat kita mengungkap kayanya sejarah tentang bagaimana gigi taring menjadi sahabat kita (“sahabat berbulu terbaik”), penelitian modern menunjukkan bahwa oksitosin, yang sering disebut “hormon cinta”, adalah faktor kunci dalam ikatan ini. Hormon ini dilepaskan selama interaksi positif dan memperkuat perasaan keterikatan, kepercayaan, dan empati antara manusia dan anjing.
Anjing, keturunan serigala, telah mengembangkan keterampilan kognisi sosial yang luar biasa, memungkinkan mereka menafsirkan emosi, gerak tubuh, dan ekspresi wajah manusia. Teknik penelitian tingkat lanjut dan desain eksperimental inovatif mengungkapkan bahwa anjing dan manusia memiliki respons otak yang sama terhadap rangsangan positif. Hubungan luar biasa ini, yang dibentuk oleh evolusi bersama selama ribuan tahun, telah memungkinkan anjing berkembang di lingkungan manusia, menawarkan persahabatan, kesetiaan, dan dukungan emosional.
Efek oksitosin atau dikenal juga dengan hormon cinta
Oksitosin memainkan peran penting dalam memperkuat ikatan antara anjing dan manusia. Saat Anda berinteraksi dengan anjing Anda dan menunjukkan bahwa Anda menyayanginya — baik melalui belaian, bermain, atau sekadar menatap matanya — Anda dan anjing Anda mengalami pelepasan oksitosin. Ini menciptakan umpan balik kasih sayang yang memperdalam hubungan Anda.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa kadar oksitosin tidak selalu konsisten di semua interaksi. Sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan di Hewan menemukan bahwa keakraban dengan seekor anjing tidak serta merta menyebabkan tingkat oksitosin lebih tinggi. Baik Anda sudah bersama teman berbulu Anda selama bertahun-tahun atau hanya dalam waktu singkat, tampaknya interaksi itu sendiri, dibandingkan durasi ikatan, yang memainkan peran lebih besar dalam memicu oksitosin.
Penelitian Takefumi Kikusui tahun 2017 menekankan bagaimana keterampilan komunikasi nonverbal anjing, seperti melakukan kontak mata, juga merangsang pelepasan oksitosin. Perilaku ini, yang tidak terdapat pada serigala, kemungkinan besar berkembang selama proses domestikasi. Sebuah studi tahun 2016 oleh Zoltan Kekecs mengeksplorasi gagasan tentang “lingkaran positif tatapan oksitosin” – sebuah proses di mana saling memandang antara anjing dan manusia mengarah pada pelepasan oksitosin secara terus-menerus, sehingga memperkuat ikatan mereka. Jadi, lain kali anjing Anda menatap Anda dengan mata yang menyentuh hati, ingatlah: ini bukan hanya momen lucu, ini adalah ilmu pengetahuan yang bekerja, memperdalam hubungan Anda dengan setiap pandangan.
Bagaimana anjing dan manusia menjadi tidak dapat dipisahkan
Ikatan antara manusia dan anjing adalah salah satu contoh koevolusi yang paling luar biasa. Selama berabad-abad, anjing telah berevolusi dari serigala menjadi hewan yang secara unik cocok untuk menjalin ikatan dengan manusia, mengembangkan keterampilan seperti menafsirkan perasaan dan perilaku kita. Hubungan mendalam ini lebih dari sekadar persahabatan — anjing telah dibiakkan dan dipilih untuk sifat-sifat yang meningkatkan kemampuan mereka untuk hidup harmonis dengan manusia.
Berbeda dengan nenek moyang serigala mereka, anjing telah berevolusi untuk menyesuaikan diri dengan emosi manusia. Mereka dapat menangkap isyarat halus seperti ekspresi wajah, gerak tubuh, dan nada suara. Sensitivitas ini memungkinkan mereka mencerminkan suasana hati kita, menjadikan mereka teman yang sangat responsif, terutama pada saat-saat stres atau bahagia. Peran mereka dalam kehidupan manusia telah berubah dari mitra praktis dalam perburuan dan perlindungan menjadi dukungan emosional dan anggota keluarga yang dapat dipercaya.
Proses domestikasi telah membentuk perilaku anjing sehingga membuatnya lebih cocok dengan manusia. Ciri-ciri seperti kognisi sosial dan kesetiaan telah diperkuat dari generasi ke generasi, sehingga semakin mengintegrasikan anjing ke dalam masyarakat manusia. Proses koevolusi ini menguntungkan kedua spesies: manusia mendapatkan sahabat yang setia dan protektif, sementara anjing mendapatkan rasa aman, sosialisasi, dan perhatian.